Rentetan Bencana Melanda RI: Gempa Mengguncang Jawa Timur Hingga Kebakaran Hutan Sumatera Utara
Indonesia kembali dihadapkan pada kenyataan bahwa negara kepulauan ini berada di wilayah rawan bencana. Dalam waktu yang berdekatan, dua peristiwa alam besar mengguncang Tanah Air. Gempa bumi melanda Jawa Timur, sementara kebakaran hutan dan lahan (karhutla) terjadi di wilayah Sumatera Utara, memicu kekhawatiran dan siaga penuh dari berbagai instansi terkait.
Gempa Mengguncang Jawa Timur
Gempa berkekuatan 5,7 magnitudo mengguncang wilayah pesisir selatan Jawa Timur pada Jumat dini hari (19/7/2025). Pusat gempa berada di laut pada kedalaman 30 km, sekitar 100 km barat daya Kabupaten Pacitan. Getaran terasa hingga ke sejumlah kota seperti Trenggalek, Blitar, Malang, hingga sebagian wilayah Yogyakarta.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan bahwa gempa ini tidak berpotensi tsunami, namun tetap diimbau agar masyarakat waspada terhadap gempa susulan.
“Sejauh ini belum ada laporan korban jiwa, namun sejumlah bangunan dilaporkan mengalami keretakan. Tim BPBD telah diterjunkan ke lokasi untuk menilai dampak lebih lanjut,” ujar Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG.
Masyarakat yang tinggal di kawasan lereng dan perbukitan juga diminta siaga terhadap potensi longsor yang bisa dipicu oleh getaran tanah.
Kebakaran Hutan dan Lahan di Sumatera Utara
Sementara itu, ribuan kilometer dari episentrum gempa, wilayah hutan di Kabupaten Tapanuli Selatan dan Mandailing Natal, Sumatera Utara, dilanda kebakaran yang telah berlangsung selama beberapa hari terakhir. Asap tebal mulai menyelimuti sejumlah desa, memicu gangguan pernapasan dan penutupan sekolah di beberapa kecamatan.
Satgas karhutla yang terdiri dari TNI, Polri, BPBD, dan Manggala Agni kini berjuang keras memadamkan api yang menyebar cepat akibat angin kencang dan cuaca panas ekstrem.
“Kondisi medan yang sulit dan minimnya sumber air menjadi tantangan utama kami di lapangan,” ujar Komandan Satgas Karhutla Sumut.
Data sementara menunjukkan lebih dari 200 hektare hutan dan lahan telah terdampak. Pemerintah daerah menyatakan status siaga darurat dan tengah mempertimbangkan penggunaan water bombing jika kebakaran terus meluas.
Tanda Alam dan Peringatan Serius
Rentetan bencana ini kembali menyadarkan masyarakat akan kerentanan geografis Indonesia yang berada di jalur Cincin Api Pasifik dan memiliki hutan tropis yang luas namun mudah terbakar saat musim kemarau.
Pakar lingkungan dan kebencanaan mengingatkan bahwa peningkatan frekuensi dan intensitas bencana bisa menjadi efek dari perubahan iklim global yang memperburuk kondisi geologis dan meteorologis wilayah.
“Perubahan iklim membuat musim kemarau lebih panjang dan kering, sementara pergerakan lempeng bumi tetap aktif. Kombinasi ini memperbesar risiko bencana beruntun,” ungkap seorang pakar dari LIPI.
Dua bencana di dua pulau berbeda ini menunjukkan bahwa Indonesia harus terus memperkuat sistem mitigasi dan respons kebencanaan. Dari gempa yang mengguncang rumah-rumah di Jawa Timur hingga asap pekat yang melanda desa-desa di Sumatera Utara, kesiapsiagaan masyarakat dan kecepatan pemerintah dalam merespons menjadi kunci untuk meminimalkan dampak.
Kini, semua mata tertuju pada cuaca, tektonik, dan langkah nyata mitigasi. Karena di negeri rawan bencana seperti Indonesia, kewaspadaan adalah bentuk perlindungan terbaik.